Perbedaan Sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah

Perbedaan Sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah

Apa Bedanya Qudrah Dan Qadiran? Saya pernah bertanya seperti ini pada ustadz saya dulu sewaktu kecil. Beliau menjelaskan tetapi sepertinya beliau bingung juga membahasakannnya. Intinya pokoknya berbeda, begitu saja. Sampai sekarang, saya mendapati banyak pelajar, bahkan pengajar, ilmu kalam yang juga tidak tahu pasti bagaimana menjelaskan perbedaan antara keduanya dengan bahasa yang sederhana. Awal kebingungannya adalah karena keduanya sering diterjemah sama.

Qudrah = Maha Kuasa
Qadiran = Maha Kuasa

Lalu apa bedanya? Kebanyakan orang akan menyebutkan bahwa Qudrah adalah sifat makna sedangkan Qadiran adalah maknawi. Tapi apa bedanya? Penjelasannya panjang, mbulet dan memusingkan yang ujungnya juga tetap tidak jelas. Kalau anda pernah belajar ilmu kalam, mungkin akan membaca ini sambil mengangguk sebagai tanda mengalami kesulitan yang sama dalam memahami apa perbedaan sifat ma’ani dan ma’nawiyah.

Tapi yang ikut kelas saya dijamin paham dengan mudah sebab perbedaannya sebenarnya sederhana. Tinggal terjemahannya dibetulkan sebagai berikut:

Sifat Ma’ani:

Qudrah = Kemampuan sempurna
Iradah = Kehendak sempurna
Ilmu = Pengetahuan sempurna
Hayah = Kehidupan sempurna
Sama’ = Pendengaran sempurna
Bashar = Penglihatan sempurna
Kalam = Komunikasi sempurna

Ma’nawiyah:

Qadir = Maha Mampu
Murid = Maha Berkehendak
Alim = Maha Mengetahui
Hayy = Maha Hidup
Sami’ = Maha Mendengar
Bashir = Maha Melihat
Mutakallim = Maha Berkomunikasi

Sifat ma’ani di atas merupakan sifat asli dari Dzat Allah yang wujud dan dapat dilihat nanti di akhirat. Sedangkan sifat ma’nawiyah adalah sekedar status Allah yang menyandang sifat ma’ani tersebut. Karena hanya status, maka sifat ma’nawiyah ini bukan sesuatu yang dapat dilihat di akhirat tapi hanya berupa pemahaman dalam benak kita bahwa keduanya berhubungan.

Dengan kata lain begini contohnya:

Karena Allah punya sifat Qudrah (Kemampuan sempurna yang tidak terbatas), maka Allah menyandang status sebagai Qadiran (Yang Maha Mampu). Karena Allah mempunyai sifat sama’ (pendengaran sempurna yang tiada batas dan tak bisa dibatasi), maka Allah menyandang status sebagai Sami’ (Yang Maha Mendengar). Demikian bisa dikiaskan sendiri ke sifat yang lain. Mudah bukan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.